Sepanjang sejarah selalu ada tokoh-tokoh besar yang memiliki garis keturunan orang-orang besar pula. Diluar negeri misalnya, kita mengenal dinasti Bush dan Dinasti Gandi. Di Indonesia, semua sudah mahfum bahwa Presiden Ke-5 Indonesia, Megawati Soekarnoputri adalah anak dari Presiden perrtama sekaligus proklamator kemerdekaan RI, Ir. Sukarno. Atau siapa yang tak tahu bahwa Abdurahman Wahid adalah anak dari Wahid Hasyim dan cucu dari KH. Hasyim Asyari, kedua tokoh tersebut tak terhitung jasanya bagi eksistensi republik dimasa awal-awal kelahirannya. Diluar itu, masih ada public figure di Indonesia yang memiliki garis keturunan tokoh-tokoh penting di masanya, Diantara mereka ada yang mengikuti jejak pendahulunya, sebagian melenceng dari profesi pendahulunya. Namun kesamaan mereka adalah : sama-sama populer dizamannya.
Dian Sastrowardoyo : Cucu Tokoh Sumpah Pemuda dan Menteri
Luar Negeri Pada Saat Konferensi Asia Afrika 1955
Artis yang melambung
namanya sejak membintang film Ada Apa Dengan Cinta ini merupakan
keturunan dari Prof. Mr. Sunario Sastrowardoyo. Beliau adalah
salah satu tokoh Indonesia pada masa pergerakan kemerdekaan Indonesia dan
pernah menjabat sebagai pengurus Perhimpunan Indonesia di Belanda.Sunario
adalah satu-satunya tokoh yang berperan aktif dalam dua peristiwa yang menjadi
tonggak sejarah nasional Manifesto 1925
dan Konggres Pemuda II. Ketika Manifesto Politik itu
dicetuskan ia menjadi Pengurus Perhimpunan Indonesia bersama Hatta. Sunario
menjadi Sekretaris II, Hatta bendahara I. Akhir Desember 1925, ia
meraih gelar Meester in de rechten, lalu pulang ke Indonesia. Aktif sebagai
pengacara, ia membela para aktivis pergerakan yang berurusan dengan polisi
Hindia Belanda. Ia menjadi penasihat panitia Kongres Pemuda II tahun 1928 yang
melahirkan Sumpah Pemuda. Dalam kongres itu Sunario menjadi pembicara dengan
makalah "Pergerakan Pemuda dan Persatuan Indonesia. Sunario
Sastrowardoyo, kakek bintang film Dian Sastrowardoyo, terkenal sederhana.
Setelah pensiun, ia mengajar di beberapa perguruan tinggi. Suanario tidak punya
mobil sendiri. Dari rumah di Jalan Raden Saleh, Jakarta, ia pergi ke kampus
naik bus kota atau bajaj. Ia sempat membuat heboh pejabat Departemen Luar
Negeri ketika suatu saat mantan Menteri Luar Negeri ini naik sepeda datang ke
Pejambon.
Maia Estianty : Cicit Sang Guru Bangsa, Tokoh Utama
Sarekat Islam
Dalam film Guru Bangsa Tjokroaminoto, Maia
Estianty terlihat ikut terlibat didalamnya, dengan berperan menjadi ibu mertua
Tjokroaminoto, Maia yang mengaku susah untuk berakting memutuskan ikut teribat
karena desakan dari keluarga besar H.O.S Tjokroaminoto. "Kenapa saya
mau? Saya jarang main film, agak susah buat akting. Ini paksaan juga dari
keluarga besar Tjokroaminoto," ungkap Maia dalam konferensi pers
film Guru BangsaTjokroaminoto . Sementara itu, Garin
menuturkan, pemilihan Maia juga dilatar belakangi oleh garis keturunan
Tjokroaminoto. "Pemilihan Maia sendiri karena dia adalah cicit
Tjokroaminoto, kami ingin memunculkan spirit Tjokroaminoto dengan
memilih Maia," ujar Garin. H.O.S Tjokroaminoto dikenal sebagai tokoh
pergerakan paling senior. Beliau memimpin Sarekat
Islam menjadi organisasi massa yang sangat besar dan berpengaruh. Tempat
tinggalnya di Surabaya menjadi sekolah politik bagi tokoh-tokoh pergerakan
nasional. Sukarno yang pernah tinggal dirumahnya mengakui bahwa Tjokroaminoto
adalah mentornya dalam berpolitik.
Nia Daniata : Cucu dari Tokoh Pergerakan yang Bergelar Si Jalak Harupat
Mendengar nama Otto Iskandar Dinata, terbesitlah nama
sebuah jalan di Jakarta. Atau saat pecinta sepakbola dari Bandung memadati
sebuah stadion yang memakai julukan Otto iskandar Dinata : Si Jalak harupat. Kedua
nama tersebut sangat akrab di telinga kita, namun siapa sangka Nia Danita sang
sutradara dengan nama lengkap Nurkumiati Aisyah Dewi merupakan cucu dari sang
pahlawan nasional itu.Sang sineas yang sudah menghasilkan belasan film,
diantaranya : Perempuan Punya Cerita,
Arisan, Biola Tak Berdawai dan Janji Joni ini, mengaku bangga mempunyai kakek yang bisa
diteladani jejaknya. Raden Otto Iskandar Dinata merupakan anggota BPUPKI dan
PPKI, namanya semakin populer pada awal kemerdekaan Indonesia. Setelah
kemerdekaan RI, Otto menjabat sebagai Menteri Negara di kabinet pertama
Soekarno-Hatta. Akhir hidup Otto Iskandar penuh misteri. Ia dilaporkan hilang
sejak tanggal 26 oktober 1945. Lenyapnya otto iskandar adalah kasus orang
hilang pertama yang dilaporkan sejak proklamasi. Raden Otto Iskandar Dinata diangkat sebagai
Pahlawan Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973. Dan sebuah monumen perjuangan
Bandung Utara di Lembang, Bandung bernama “Monumen Pasir Pahlawan”
didirikan untuk mengabadikan perjuangannya
Anies Baswedan : Cucu dari Seorang Tokoh Nasionalis
Berketurunan Arab
Meski bukan sosok pahlawan nasional, nama Abdul Rahman
(AR) Baswedan dikenal sebagai tokoh pemersatu bangsa khususnya di kalangan
warga keturunan Arab. AR Baswedan, yang merupakan kakek dari Menteri Pendidikan
Dasar dan Menengah, Anies Baswedan, berhasil menyatukan orang-orang keturunan
Arab di masanya untuk menjadi bagian dari tanah air Indonesia. AR Baswedan
adalah pria kelahiran 11 September 1908. Dia adalah seorang wartawan,
politikus, pejuang, dan orang Indonesia sejati. AR pernah ikut serta dalam
Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) serta pernah
menjadi Menteri Muda Penerangan. Anies Baswedan, mengatakan sang kakek
mengajarkan pluralisme sejak dari rumah. Menurut Anies, AR bergaul dengan
berbagai etnis dan agama mulai dari Ahmad Syafii Maarif (Ketua Umum PP
Muhammadiyah), tokoh-tokoh Tionghoa, sampai Romo Mangun Wijaya.
"Jadi kalau sekarang dengar bagaimana bangun
persahabatan lintas agama, lintas etnis, semua dimulai dari rumah. Kalau di
rumah ditumbuhkan pemikiran sempit maka sempit pula pikiran kita," kata Anies.
cucu-cucu AR Baswedan biasa memanggilnya Datuk Mang. Anies adalah satu-satunya
cucu yang ikut tinggal bersama AR sampai akhir hayatnya."Kakek saya orang
yang sangat disiplin dan saya mendapat keuntungan dari kedisiplinannya,"
katanya
Ani Yudhono : Anak Prajurit Penumpas PKI 1965
Siapa yang tak mengenal Ani Yudhoyono?. Mantan Ibu negara
yang mempunyai hobi fotografi ini disebut-sebut sebagai salah satu ibu negara
terbaik. Ani Yudhono bernama asli Kristiani Herawati adalah ibu negara RI atau
istri dari Presiden Indonesia yang ke 6 yaitu Susilo Bambang Yudhoyono atau
SBY.Bu Ani adalah anak ke tiga dari tujuh bersaudara pasangan suami istri yaitu
Let Jend (Purn) Sarwo Edhie Wibowo dan Hj Sunarti Sri Hadiyah. Bu Ani Yudhoyono
dilahirkan pada tanggal 6 Juli 1952 di Yogyakarta. Ayahnya adalah tokoh militer
penting dimasanya, Sarwo Edhie Wibowo. Nama Sarwo Edhie mencuat pasca peristiwa
G30S 1965. Saat itu, dia bersama Soeharto tampil sebagai tokoh utama penumpasan
G30S. Tak hanya itu, dia pula yang memimpin penumpasan terhadap anggota PKI dan
simpatisannya. Saat itu ia menjabat Komandan Pasukan Resimen Para Komando
Angkatan Darat (Sekarang menjadi Kopassus).
Prabowo Subianto : Anak Begawan Ekonomi, Cucu Pendiri
Bank Negara Indonesia (BNI) 1946
Jiwa kepemimpinan dan intelektualitas Prabowo mengalir
dari ayah dan kakeknya. Ayahnya, Prof.
Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo
adalah salah seorang ekonom Indonesia yang
terkenal. Murid-muridnya banyak yang berhasil menjadi menteri pada era Suharto seperti JB
Sumarlin, Ali
Wardhana, dan Widjojo Nitisastro. Di usia ke-33, Sumitro
pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Perindustrian RI dan ikut
mendirikan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ia meraih gelar doktor di
Nederlandse Economise Hogeschool, Rotterdam, Belanda pada tahun 1943 dengan
disertasi berjudul Het Volkscredietwezen in de Depressie. Sumitro
dikenal aktif menulis, dengan cakupan khusus masalah ekonomi. Buku terakhir ia
tulis adalah Jejak Perlawanan Begawan Pejuang, diterbitkan Pustaka Sinar Harapan,
April 2000. Selama 1942-1994, Sumitro menulis sebanyak 130 buku dan makalah
dalam bahasa Inggris. Sumitro memperoleh banyak penghargaan, baik dari
dalam negeri maupun luar negeri.
Sementara Kakeknya, Raden Mas Margono Djojohadikusumo,
pendiri Bank Negara Indonesia dan Ketua DPAS pertama
dan anggota BPUPKI. Sebagai Ketua DPAS,
Margono mengusulkan supaya dibentuk sebuah Bank
Sentral atau Bank Sirkulasi seperti
yang dimaksud dalam UUD
'45. Soekarno-Mohammad
Hatta kemudian memberikan mandat kepada Margono untuk
membuat dan mengerjakan persiapan pembentukan Bank
Sentral (Bank Sirkulasi)
Negara Indonesia pada tanggal 16
September 1945 Pada
tanggal 19 September 1945,
sidang Dewan Menteri Republik Indonesia memutuskan untuk membentuk sebuah bank
milik negara yang berfungsi sebagai "Bank Sirkulasi". Akhirnya
Pada 15
Juli 1946,
terbitlan Perpu nomor 2
tahun 1946 tentang
pendirian Bank Negara Indonesia,
dan penunjukan R.M. Margono Djojohadikusomo sebagai Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI)
0 komentar:
Posting Komentar