Home » » Inilah Artis dan Politisi Keturunan Tokoh Yang Berjasa Kepada Republik

Inilah Artis dan Politisi Keturunan Tokoh Yang Berjasa Kepada Republik

Posted by Mozaik Sejarah on Selasa, 10 November 2015


Sepanjang sejarah selalu ada tokoh-tokoh besar yang memiliki garis keturunan orang-orang besar pula. Diluar negeri misalnya, kita mengenal dinasti Bush dan Dinasti Gandi. Di Indonesia, semua sudah mahfum bahwa Presiden Ke-5 Indonesia, Megawati Soekarnoputri adalah anak dari Presiden perrtama sekaligus proklamator kemerdekaan RI, Ir. Sukarno. Atau siapa yang tak tahu bahwa Abdurahman Wahid adalah anak dari Wahid Hasyim dan cucu dari KH. Hasyim Asyari, kedua tokoh tersebut tak terhitung jasanya bagi eksistensi republik dimasa awal-awal kelahirannya. Diluar itu, masih ada public figure di Indonesia yang memiliki garis keturunan tokoh-tokoh penting di masanya, Diantara mereka ada  yang mengikuti jejak pendahulunya, sebagian melenceng dari profesi pendahulunya. Namun kesamaan mereka  adalah  : sama-sama populer dizamannya. 

Dian Sastrowardoyo : Cucu Tokoh Sumpah Pemuda dan Menteri Luar Negeri Pada Saat Konferensi Asia Afrika 1955


Artis yang melambung namanya  sejak membintang film Ada Apa Dengan Cinta ini merupakan keturunan dari Prof. Mr. Sunario Sastrowardoyo. Beliau adalah salah satu tokoh Indonesia pada masa pergerakan kemerdekaan Indonesia dan pernah menjabat sebagai pengurus Perhimpunan Indonesia di Belanda.Sunario adalah satu-satunya tokoh yang berperan aktif dalam dua peristiwa yang menjadi tonggak sejarah nasional Manifesto 1925 dan Konggres Pemuda II. Ketika Manifesto Politik itu dicetuskan ia menjadi Pengurus Perhimpunan Indonesia bersama Hatta. Sunario menjadi Sekretaris II, Hatta bendahara I. Akhir Desember 1925, ia meraih gelar Meester in de rechten, lalu pulang ke Indonesia. Aktif sebagai pengacara, ia membela para aktivis pergerakan yang berurusan dengan polisi Hindia Belanda. Ia menjadi penasihat panitia Kongres Pemuda II tahun 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda. Dalam kongres itu Sunario menjadi pembicara dengan makalah "Pergerakan Pemuda dan Persatuan Indonesia. Sunario Sastrowardoyo, kakek bintang film Dian Sastrowardoyo, terkenal sederhana. Setelah pensiun, ia mengajar di beberapa perguruan tinggi. Suanario tidak punya mobil sendiri. Dari rumah di Jalan Raden Saleh, Jakarta, ia pergi ke kampus naik bus kota atau bajaj. Ia sempat membuat heboh pejabat Departemen Luar Negeri ketika suatu saat mantan Menteri Luar Negeri ini naik sepeda datang ke Pejambon.


Maia Estianty : Cicit Sang Guru Bangsa, Tokoh Utama Sarekat Islam




Dalam film Guru Bangsa Tjokroaminoto, Maia Estianty terlihat ikut terlibat didalamnya, dengan berperan menjadi ibu mertua Tjokroaminoto, Maia yang mengaku susah untuk berakting memutuskan ikut teribat karena desakan dari keluarga besar H.O.S Tjokroaminoto. "Kenapa saya mau? Saya jarang main film, agak susah buat akting. Ini paksaan juga dari keluarga besar Tjokroaminoto," ungkap Maia dalam konferensi pers film Guru BangsaTjokroaminoto . Sementara itu, Garin menuturkan, pemilihan Maia juga dilatar belakangi oleh garis keturunan Tjokroaminoto. "Pemilihan Maia sendiri karena dia adalah cicit Tjokroaminoto, kami ingin memunculkan spirit Tjokroaminoto dengan memilih Maia," ujar Garin. H.O.S Tjokroaminoto dikenal sebagai tokoh pergerakan paling senior. Beliau memimpin Sarekat Islam menjadi organisasi massa yang sangat besar dan berpengaruh. Tempat tinggalnya di Surabaya menjadi sekolah politik bagi tokoh-tokoh pergerakan nasional. Sukarno yang pernah tinggal dirumahnya mengakui bahwa Tjokroaminoto adalah mentornya dalam berpolitik.


Nia Daniata : Cucu dari Tokoh Pergerakan yang Bergelar Si Jalak Harupat




Mendengar nama Otto Iskandar Dinata, terbesitlah nama sebuah jalan di Jakarta. Atau saat pecinta sepakbola dari Bandung memadati sebuah stadion yang memakai julukan Otto iskandar Dinata : Si Jalak harupat. Kedua nama tersebut sangat akrab di telinga kita, namun siapa sangka Nia Danita sang sutradara dengan nama lengkap Nurkumiati Aisyah Dewi merupakan cucu dari sang pahlawan nasional itu.Sang sineas yang sudah menghasilkan belasan film, diantaranya : Perempuan Punya Cerita, Arisan, Biola Tak Berdawai  dan Janji Joni  ini, mengaku bangga mempunyai kakek yang bisa diteladani jejaknya. Raden Otto Iskandar Dinata merupakan anggota BPUPKI dan PPKI, namanya semakin populer pada awal kemerdekaan Indonesia. Setelah kemerdekaan RI, Otto menjabat sebagai Menteri Negara di kabinet pertama Soekarno-Hatta. Akhir hidup Otto Iskandar penuh misteri. Ia dilaporkan hilang sejak tanggal 26 oktober 1945. Lenyapnya otto iskandar adalah kasus orang hilang pertama yang dilaporkan sejak proklamasi.  Raden Otto Iskandar Dinata diangkat sebagai Pahlawan Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973. Dan sebuah monumen perjuangan Bandung Utara di Lembang, Bandung bernama “Monumen Pasir Pahlawan” didirikan untuk mengabadikan perjuangannya


Anies Baswedan : Cucu dari Seorang Tokoh Nasionalis Berketurunan Arab



Meski bukan sosok pahlawan nasional, nama Abdul Rahman (AR) Baswedan dikenal sebagai tokoh pemersatu bangsa khususnya di kalangan warga keturunan Arab. AR Baswedan, yang merupakan kakek dari Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan, berhasil menyatukan orang-orang keturunan Arab di masanya untuk menjadi bagian dari tanah air Indonesia. AR Baswedan adalah pria kelahiran 11 September 1908. Dia adalah seorang wartawan, politikus, pejuang, dan orang Indonesia sejati. AR pernah ikut serta dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) serta pernah menjadi Menteri Muda Penerangan. Anies Baswedan, mengatakan sang kakek mengajarkan pluralisme sejak dari rumah. Menurut Anies, AR bergaul dengan berbagai etnis dan agama mulai dari Ahmad Syafii Maarif (Ketua Umum PP Muhammadiyah), tokoh-tokoh Tionghoa, sampai Romo Mangun Wijaya.
"Jadi kalau sekarang dengar bagaimana bangun persahabatan lintas agama, lintas etnis, semua dimulai dari rumah. Kalau di rumah ditumbuhkan pemikiran sempit maka sempit pula pikiran kita," kata Anies. cucu-cucu AR Baswedan biasa memanggilnya Datuk Mang. Anies adalah satu-satunya cucu yang ikut tinggal bersama AR sampai akhir hayatnya."Kakek saya orang yang sangat disiplin dan saya mendapat keuntungan dari kedisiplinannya," katanya

Ani Yudhono : Anak Prajurit Penumpas PKI 1965




Siapa yang tak mengenal Ani Yudhoyono?. Mantan Ibu negara yang mempunyai hobi fotografi ini disebut-sebut sebagai salah satu ibu negara terbaik. Ani Yudhono bernama asli Kristiani Herawati adalah ibu negara RI atau istri dari Presiden Indonesia yang ke 6 yaitu Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY.Bu Ani adalah anak ke tiga dari tujuh bersaudara pasangan suami istri yaitu Let Jend (Purn) Sarwo Edhie Wibowo dan Hj Sunarti Sri Hadiyah. Bu Ani Yudhoyono dilahirkan pada tanggal 6 Juli 1952 di Yogyakarta. Ayahnya adalah tokoh militer penting dimasanya, Sarwo Edhie Wibowo. Nama Sarwo Edhie mencuat pasca peristiwa G30S 1965. Saat itu, dia bersama Soeharto tampil sebagai tokoh utama penumpasan G30S. Tak hanya itu, dia pula yang memimpin penumpasan terhadap anggota PKI dan simpatisannya. Saat itu ia menjabat Komandan Pasukan Resimen Para Komando Angkatan Darat (Sekarang menjadi Kopassus).



Prabowo Subianto : Anak Begawan Ekonomi, Cucu Pendiri Bank Negara Indonesia (BNI) 1946





Jiwa kepemimpinan dan intelektualitas Prabowo mengalir dari ayah dan kakeknya. Ayahnya,  Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo  adalah salah seorang ekonom Indonesia yang terkenal. Murid-muridnya banyak yang berhasil menjadi menteri pada era Suharto seperti JB SumarlinAli Wardhana, dan Widjojo Nitisastro. Di usia ke-33, Sumitro pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Perindustrian RI dan ikut mendirikan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ia meraih gelar doktor di Nederlandse Economise Hogeschool, Rotterdam, Belanda pada tahun 1943 dengan disertasi berjudul Het Volkscredietwezen in de Depressie. Sumitro dikenal aktif menulis, dengan cakupan khusus masalah ekonomi. Buku terakhir ia tulis adalah Jejak Perlawanan Begawan Pejuang, diterbitkan Pustaka Sinar Harapan, April 2000. Selama 1942-1994, Sumitro menulis sebanyak 130 buku dan makalah dalam bahasa Inggris. Sumitro memperoleh banyak penghargaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Sementara Kakeknya, Raden Mas Margono Djojohadikusumo, pendiri Bank Negara Indonesia dan Ketua DPAS pertama dan anggota BPUPKI. Sebagai Ketua DPAS, Margono mengusulkan supaya dibentuk sebuah Bank Sentral atau Bank Sirkulasi seperti yang dimaksud dalam UUD '45Soekarno-Mohammad Hatta kemudian memberikan mandat kepada Margono untuk membuat dan mengerjakan persiapan pembentukan Bank Sentral (Bank Sirkulasi) Negara Indonesia pada tanggal 16 September 1945 Pada tanggal 19 September 1945, sidang Dewan Menteri Republik Indonesia memutuskan untuk membentuk sebuah bank milik negara yang berfungsi sebagai "Bank Sirkulasi". Akhirnya Pada 15 Juli 1946, terbitlan Perpu nomor 2 tahun 1946 tentang pendirian Bank Negara Indonesia, dan penunjukan R.M. Margono Djojohadikusomo sebagai Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI)









0 komentar:

Posting Komentar

.comment-content a {display: none;}