Home » » Resensi Novel Sang Pangeran dan Janissary Terakhir

Resensi Novel Sang Pangeran dan Janissary Terakhir

Posted by Mozaik Sejarah on Selasa, 28 Januari 2020



Judul Buku : Sang Pangeran dan Janissary Terakhir– Kisah Kasih dan Selisih dalam Perang Diponegoro
Penulis : Salim. A Fillah
Penerbit : Pro U Media
Tahun Terbit : 2019
Jumlah Halaman : 631

"Historia vitae magistra" (sejarah adalah guru yang terbaik) begitu kata Cicero, seorang filsuf Romawi. Karena dari sejarah lah kita dapat belajar memaknai masa silam dan merangkainya untuk masa depan. Sang Pangeran dan Janissary Terakhir adalah sebuah novel bergenre sejarah yang mengajak pembaca memaknai kembali arti kepahlawanan melalui kisah pergulatan Pangeran Diponegoro
Novel Sang Pangeran dan Janissary Terakhir bukanlah novel yang pertama yang bercerita tentang perjuangan Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa (Java Oorlog). Akan tetapi pembaca akan mendapatkan hal baru dari novel pertama karya Salim A. Fillah ini. Kebaruan itu muncul dari premis "khas" penulis yang mungkin tidak dijumpai dari novel sejenisnya. Dugaan saya, novel ini dibangun di atas dua premis utama. Premis pertama, adanya jalinan dan pengaruh yang cukup kuat antara Kesultanan Mataram dan Daulah Turki Utsmany. Suatu hubungan yang lumrah dalam konteks geopolitik global pada masa itu, mengingat Turki Utsmany merupakan sentra gravity dari kekuatan politik umat Islam hingga berabad lamanya. Dalam novel ini penulis berusaha menarik benang merah keterkaitan dua kesultanan besar tersebut melalui fakta sejarah dan kehadiran tokoh fiksi yang beratribusi sebagai "Janissary Terakhir". Premis kedua, pembuktian bahwa filosofi Jawa selaras bahkan bersumber dari nilai-nilai keislamanan. Sang penulis dengan keluasan pengetahuannya mampu mengungkap makna tersirat dari simbolisme "the Java code" yang dihasilkan dari sintesa kearifan lokal dan keluhuran ajaran Islam. Penguraian falsafah Jawa yang berkelindan dengan nilai-nilai islam disajikan dalam dialog renyah yang jauh dari kesan menggurui.
Adalah salah besar jika anda membayangkan novel ini bercerita secara kronologis dan runut tentang sosok Pangeran Diponegoro dan meletusnya Perang Jawa (1825-1830). Alur, latar, dan penokohan dalam novel ini amat kompleks. Plot yang maju-mundur, membuat anda harus fokus pada titimangsa yang ditera pada setiap awal bab. Latar kisah membentang melintasi geografis-budaya. Dari intrik militer di Imperium Utsmani hingga pedalaman Jawa yang bergolak setelah pembakaran Kompleks puri. Kesemuanya dideskripsikan secara detail untuk menerbangkan asyiknya imajinasi.
Beragam tokoh dimunculkan dalam novel ini. Pangeran Diponegoro yang tegas sekaligus teduh namun tak luput dari sisi kemanusiaannya, berpadu dengan kelucuan para abdi setia. Tokoh lain hadir dalam pusaran konflik, cinta dan kebencian.
Novel terbitan Pro-U Media ini ditulis dengan gaya bahasa lincah, penuh informasi kesejarahan, diselipi taburan diksi yang puitis, dan tentu saja untaian hikmah disebalik tutur para tokohnya. Hanya saja ada yang sedikit menganggu dari novel ini yakni pengisahan sejarah dibagian tertentu terasa terlalu panjang. Ketika pengisahan itu disampaikan melalui beberapa tokoh, justru membuat tokoh-tokoh itu seakan "tahu segalanya". Selain itu, hadirnya banyak tokoh pada novel ini terkadang membuat kederasan membaca harus terhenti sejenak untuk mengingat kembali para tokoh yang muncul. Diluar itu, novel ini sangat direkomendasikan bagi kalian penikmat fiksi sejarah, pecinta budaya, perindu kebangkitan peradaban serta siapapun yang ingin menikmati karya sastra sarat makna.


2 komentar:

.comment-content a {display: none;}