Home » » Mereka Berontak dan Menulis di Penjara

Mereka Berontak dan Menulis di Penjara

Posted by Mozaik Sejarah on Jumat, 12 November 2010

Sejarah telah mencatat, banyak tokoh dan pemimpin yang harus merasakan hidup di dalam penjara. Hidup dalam penjara seolah menjadi konsekuensi bagi orang yang konsisten meretas perjuangan. Di dalam keterasingan, mereka terus berjuang dengan cara menulis. Mereka menulis bukan sekedar untuk mengusir kebosanan dan mengisi waktu luang. Lebih dari itu mereka menulis untuk membela nasib sesama manusia, memberikan ilmu dan pencerahan dari ruang yang sempit dan pengap. Bagi mereka biar raga terkurung, namun alam pikiran tetap bebas. Menulis adalah salah satu jalan untuk membebaskan pikiran. Diantara banyak tokoh yang pernah menulis didalam penjara, kami pilih enam tokoh yang semoga menjadi inspirasi dan pelajaran bagi kita. Ke enam tokoh itu adalah :  


1. Sukarno 
Presiden pertama Republik Indonesia Ir. Sukarno yang dilahirkan di Surabaya pada 6 juni 1901 tak hanya dikenal sebagi orator ulung, ketajaman lisannnya dalam menentang penjajah juga dibarangi dengan kepiawaiannya dalam menulis. Sejak usia muda keaktiafannya dalam pergerakan melawan pemerintahan kolonila Bealanda membuat dirinya menjadi target penangkapan polisi Belanda. Pada tanggal 29 Desember 1929, Sukarno ditahan untuk diadili. Sukarno ditangkap di Yogyakarta ketiak usianya baru berumur 28 Tahun suatu usia yang sangat muda dibandingkan pengaruh politiknya yang besar.


Dari Balik tembok penjara, Sukarno menulis sebuah pledoi (Pidato pembelaan) yang diberi nama Indonesia Menggugat. Pledoi ini kemudian dibacakan di Gedung landraad (pengadilan rendah) pemerintah kolonial Belanda di Bandung. Pengalaman sebagai orator ulung di PNI membuat Sularno mampu mengubah sidang yang semula diniatkan pemerintah Belanda untuk menjatuhkan Sukarno menjadi seperti rapat umum dimana Sukarno seolah menjadi bintangnya. Ia membacakan Pledionya dengan sangat berapi-api. Meski usianya pada saat itu masih muda namun Sukarno mampu memaparkan permasalahan yang dihadapi rakyat indonesia akibat penjajahan Belanda dan berusaha menyudutkan Pemerintahan Koloniala Belanda dengan argumentasi yang sangat lugas. 

Indonesia menggugat tidak begitu saja lahir secara sekejap akan tetapi buah dari pemikiran beliau setelah melakukan kajian hampir 80 buah buku dan karangan pidato dari berbagai tokoh dunia ditambah realitas kehidupan masyarakat Indonesai yang ia amati setiap hari. Pembelaan yang meledak –ledak sekaligus mewakili dasar-dasar pemikiran Sulkarno atas penolakannya terhdap kolonialisme, Imperialsme dan Kapitalisme. Meski pada akhirnya Sukarno dijatuhi hukuman penjara selama 4 tahun namum pengaruh dan dampak dari Indonesia menggugat luar biasa. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Belanda dan Eropa Barat. Naskah yang dibacakan Sukarno itu menjadi dokumen politik historis.
Banyak kalangan yang berpendapat bahwa Indonesia Menggugat menjadi salah satu tonggak bangkitnya semangat bangsa indonesia ditengah penderitaan panjang akibat panjajahan selama ratusan tahun. Sukarno muda telah memberikan inspirasi bagi banyak orang untuk tidak menyerah pada nasib, belaiu telah menyadarkan bahwa masa depan Indonesia harus ditentuakn oleh orang –orang Indonesia sendiri. Kini, bekas gedung pengadilan dimana ia diadili dikenal denagan nama gedung Indonesia menggugat

Buku Yang di tulis Tan Malaka
2.  Tan Malaka
Dibandingkan dengan tokoh-tokah bangsa yang telah mendapatkan gelar pahlawan nasioanal, nama Tan Malaka memang kalah populer dimasyarakat . Hal itu terjadi karena pada masa orde baru, sejarah Tan Malaka memang tidak pernah muncul kepermukaan disebabakan idelogi kiri yang diusungnya. Namun setelah tumbangnya orde baru dan seiring berkembangnya pelurusan dan pengungkapn sejarah bangsa yang lebih proporsional, sejarah Tan Malaka kembali menjadi kajian yang cukup menarik bagi masyarakat peminat sejarah. Sutan Ibrahim adalah nama asli Tan Malaka. Iadilahirkan di payakumbuh Sumatera Barat, pada 19 Februari 1898. Tradisi Minang telah memberikan gelar Datuk Tan Malaka padanya sebelum bertolak ke negeri Belanda untuk Menimba ilmu. Di Belanda, Tan Malaka dikenalsebagai pelahap buku yang gikla. Dia rela berhutang dan tidak makan hanya untuk membeli buku. Akibatnya ia sering sakit-sakitan karena lebih mementingkan makana otknya daripda tubuhntya.

Sepanjang masa hidupnya, Tan Malaka konsisten mengkritik pemerintah kolonial Belanda maupun Pemerintah Republik Indonesia di bawah pimpinan Sukarno. Tan Malak menulis sebuah catatan hidupnya ketika dipenjara pada masa pemerintahan Sukarno buku yang ditulisnya itu diberi judul Dari Penjara Ke Penjara. Buku itu berisi pengalaman panjang Tan Malaka sejak Masa Kolonial Belanda hingga masa-masa Revolusi di Indonesia . Dari judulnya saja kita bisa memahami bahwa hidup Tan Malaka tak jauh dari penjara dan pengasingan. Namun bagi Tan Malaka penjara dan pengasingan tak mampu menyurutkan semangat perjuangannya dan untuk tetap menulis serta menyarbarkan pemikirannya.

Buku dari Penjara ke Penjara yang terdiri atas tiga jilid menjadi buku penting yang menjelaskan kehidupan perjuangan Tan Malaka,. Buku ini adalah buku yang teraKHIR yang ditulis Tan Malaka. Setelah menulis autobiografinya ini, tan Malaka ditembak oleh tentara pada 21 Februari 1949 dimasa Revolusi Indonesia yang kacau.selain sari buku dari penjara ke poanjara tan malaka juaga menghasilkan buku-buku lain diantaranya adalah Madilog, Garpolek, Massa Aksi dan Menuju Republik. Dalam buku dari penjara ke penjara Tan Malaka Menulis, " Buku ini saya namakan dari penjara ke Penjara. Memang saya rasa ada hubungannya antara penjara dan kemerdekaan sejati. Barangsiapa yang sunggguh menghendaki kemerdekaan buat umum, segenap waktu ia harus siap sedia dan ikhlas untik menderita 'kehilangan kemerdekaan diri sendiri'. Siapa ingin merdeka ia harus siap dipenjara". Tan Malaka menghabiskan hidupnya untuk melawan imperialisme demi kemerdekaan Indonesia. ia pun rela hidup dipenjara, diangsingkan dan menjadi pelaria

3. Pramoedya Ananta Toer


Penjara bukanlah hal baru bagi Pram, panggilan akrab bagi Pramoedya Ananta Toer, akibat tulisan-tulisannya, Pram sering dipenjarakan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, rezim Sukarno maupun rezim Suharto. Pada masa rezim Sukarno Pram ditahan di pulau buru, disinilah Pram melahirkan 4 Novel legendaris yang disebut Tetralogi buru. Pram menerbitkan Tetrologi Buru sekitar tahun 1980-an setalah keluar dari penjara, meskipun roman itu telah dirancang sejak tahun 1956.


Salah satu tulisan Pram di Pulau Buru
Dipenjara, selain mengarang novel Pram mengatasi kebosanan dengan menerjemahkan naskah asing. Pram memang terlahir dari alam revolusi Indonesia, bukan sekedar lewat namun ikut berjuang. Ia tidak hanya ikut berjuang melalui senjata tetapi juga lewat tulisannya. Kelincahan jari-jari pram yang menari di mesin tik kala itu melahirkan buku Bumi manusia , Anak semua Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca, ( Keempatnya disebut Tetralogi), Arok Dedes, Mangir dan Arus balik. Meskipun Pram bebas menulis didalam penjara, namun Pram tidak boleh mengedarkan naskah-naskahnya diluar kamp konsentrasi tahanan politik Buru. Larangan ini diberlakukan karena adanya ketakutan di kalangan penguasa orde baru.

Larangan itu tidak membuat Pram yang keras kepala tinggal diam. Pram menyelundupkan naskah-naskahnya keluar pulau buru. Penyelundupan ini dilakukan melalui awak-awak kapal yang kerap datang ke pulau buru untuk memebawa makanan atau kayu disekitar pulau buru. Pram masih mapu menulis ditengah tekanan pemerintaha Orde Baru, yang menekan tahanan politik jauh lebih keras dibandingakan pemerintahan kolonial Belanda. Meski hanya dalam bentuk Novel bukan karya non-fiksi, Pram terrbukti mampu melawan pemerintaha Orde Baru. Apalagi dampak dari Tetrologi dan karya lainnya telah membuat Pram makin dikenal. Bahkan ada orang asing yang mengenal Indonesia setelah memebaca karya-karyanya. Hampir semua karya-karya Pram menggamnbarkan Indonesia. Sejak Zaman revolusi hingga masa pembunagan di pulau buru.

4. Adolf Hitler
Dialah Adolf Hitler salah satu tokoh terkenakl dunia yang menulis dari dalam penjara . Hitler dipenjara setelah mengalami kegagalan dalam upaya melakukan kudeta di Jerman yang kala itu sedang dalam keterpurukan. Selama tiga belas bulam dipenjara , Hitler tidak tinggal diam. Ia terus berjuang melalui tulisan. Ditangannya, lahirlah buku berjudul Mein Kampf (Perjuanganku).

Pada terbitan peratama tahun 1925 buku ini meledak dipasaran hanya dalam waktu singkat. Pengaruh buku tersebut sangatlah terasa bagi bangsa Jerman, buku ini mampu mengubah Jerman Yang sedang hancur karena kekalahan dalam perang dunia pertama. Tulisan Hitler itu pun mamapu menyihir sebagian masyarakat Jeraman untuk bangkit dan membangun kejayaan Jerman sebagai Third Reich (Kekaisaran Ketiga). Dalam waktu singkat (tidak lebih dari Dua Puluh Tahun sejak buku itu ditulis) Jerman sudah siap kembali berperang dalam perang dunia kedua dengan kekuatan dan angkatan perang yang lebih handal.

Mein Kampf volume pertama, yang terbit pada tahun 1925, sebetulnya banyak mengungkapkan filsafat dengan dasar yang lemah dan malah terlihat seperti curahan hati Hitler. Dia berbicara tentang Jerman Hanya dari sudut pandang pribadinya. Meskipun begitu Mein Kampf mampu meraih sukses luar biasa. Tidak ada yang peduli dengan gaya dan tulisan Hitler bahkan Mein Kampf pada masa itu telah dianggap sebagai kitab suci bagi kaum Fasis.
Dari buku Mein Kamp terbentuklah NAZI, Maka Hitler, Mein Kampf dan NAZI adalah penyulut terjadinya kebencian dan peperangan global yang lebih dasyhat dibanding perang dunia I yakni Perang Dunia II. Meski ditulis didalam penjara, namun terbukti Mein Kampz mampu mempengaruhi pikiran banyak orang sebelum akhirnya membuat peristiwa besar dalam sejarah dunia

Karya Ibnu Taiyimah saat dipenjara
5. Ibnu Taimiyah
Nama lengkap beliau adalah Taqiyuddin Abdul Abbas Ahmad bin Abdul Salam bin Abdullah bin Muhammad bin Taimiyah Al-Harrani Al-Hambali, yang lahir pada hari Isnin, 10 Rabiul Awwal 66l H. (22 Januari 1263 M) di Harran. Karena diburu oleh bangsa Monggol, maka ayah beliau pindah ke Damaskus dengan seluruh keluarganya. Di Damaskus itulah beliau mempelajari agama Islam, yang ternyata sebagai anak yang cerdas. Guru beliau antara lain adalah ulama besar yang bernama Zainuddin Abdul Daim Al-Mukaddasi, Najmuddin Ibnu Asakir, dan seorang ulama perempuan terkenal, Zainab binti Makki, dan sebagainya yang lebih dari seratus guru lagi banyaknya.
Ibnu Taimiyah, ulama besar yang merengkuk dalam penjara Mesir. Baru saja beliau bebas dari penjara, kemudian ditangkap lagi dan dipenjarakan yang kedua kalinya selama setengah tahun lagi. Baru beberapa hari keluar dari penjara yang kedua, ia ditangkap lagi dan dipenjarakan selama delapan bulan lamanya di Aleksandria, kerana fatwa beliau pula yang tidak sesuai dengan faham para ulama. Keluar dari penjara Aleksandria, beliau dipanggil oleh Sultan Nashir Qalaun untuk memberikan fatwa di muka umum. Sebabnya sampai sikap sultan demikian ialah karena sultan senang terhadap sifat terus-terang beliau. Beliau bersedia memberikan fatwa atau ceramah di muka umum, dan ternyata fatwa beliau itu menggemparkan para ulama yang bermazhab Syafi'e, namun beliau tetap dikasihi oleh Sultan. Bahkan beliau mendapat tawaran menjadi professor pada sebuah Sekolah Tinggi yang didirikan oleh Putera Mahkota.
Dalam tahun 1313 beliau diminta untuk memimpin peperangan lagi ke Syiria. Beliau diangkat menjadi professor lagi dalam sebuah Sekolah Tinggi, tetapi pada bulan Ogos 1318 beliau dilarang mengeluarkan fatwa oleh Penguasa, padahal fatwa-fatwa beliau itu diperlukan umat saat itu. Dengan diam-diam para murid beliau mengumpulkan fatwa-fatwa beliau yang cemerlang itu dan berhasil dibukukan, kemudian dicetak, yang bernama "Fatwa Ibnu Taimiyah "Alangkah sedih hati rakyat yang ternyata masih ramai yang mencintai beliau. Beberapa waktu kemudian beliau ditangkap lagi dan dipenjarakan yang keempat kalinya selama lima bulan delapan hari.
Yang terakhir beliau ditangkap lagi atas perintah Sultan dalam bulan Sya'ban 726 H. (Julai 1326 M) dan kemudian dipenjarakan yang kelima kalinya selama 20 bulan. Kali ini kamar tahanannya amat sempit dan bertembok tebal. Dalam kamar tahanannya itu beliau tetap menulis, kerana menulis itu yang membawa kebahagiaan bagi beliau. Beliau dilarang berfatwa kemudian menulis, bahkan isi tulisannya sangat bagus.
 Maka walaupun beliau hidup dalam lingkungan tembok penjara yang tebal, tetapi hati beliau tidak sedih dan tidak pula gundah. Dalam penjara inilah beliau berkata yang kemudian terkenal sampai sekarang, iaitu: "Orang yang terpenjara ialah yang dipenjara syaitan, orang yang terkurung ialah orang yang dikurung syaitan. Dan dipenjara yang sebenarnya ialah yang dipenjarakan hawa nafsunya. Bila orang-orang yang memenjarakan saya ini tahu bahawa saya dalam penjara ini merasa bahagia dan merasa merdeka, maka merekapun akan dengki atas kemerdekaan saya ini, dan akhirnya mereka tentulah mengeluarkan saya dari penjara ini."
6. Sayyid Quthb
 

Sayyid Quthb adalah seorang ilmuwan, sastrawan, ahli tafsir sekaligus pemikir dari Mesir. Ia banyak menulis dalam berbagai bidang. Ia mempunyai nama lengkap Sayyid Qutb Ibrahim Husain Syadzili. Ia lahir di daerah Asyut, Mesir tahun 1906, di sebuah desa dengan tradisi agama yang kental. Dengan tradisi yang seperti itu,maka tak heran jika Qutb kecil menjadi seorang anak yang pandai dalam ilmu agama. Tak hanya itu, saat usianya masih belia, ia sudah hafal Qur'an. Bakat dan kepandaian menyerap ilmu yang besar itu tak disia-siakan terutama oleh kedua orang tua Qutb. Selama hidupnya selain aktif menulis, ia juga aktif dalam gerakan Islam yang dipimpin oleh HasanAl-Banna.

Sayyid Quthb dilahirkan pada tanggal 9 Oktober 1906 M. di kota Asyut, salah satu daerah di Mesir. Dia merupakan anak tertua dari lima bersaudara, dua laki-laki dan tiga perempuan. Pada tahun 1918 M, dia berhasil menamatkan pendidikan dasarnya. Pada tahun 1921 Sayyid Qutb berangkat ke Kairo untuk melanjutkan pendidikannya di Madrasah Tsanawiyah. Pada masa mudanya, ia pindah ke Helwan untuk tinggal bersama pamannya, Ahmad Husain Ustman yang merupakan seorang jurnalis. Pada tahun 1925 M, ia masuk ke institusi diklat keguruan, dan lulus tiga tahun kemudian. Lalu ia melanjutkan jenjang perguruannya. Sepanjang hayatnya, Sayyid Qutb telah menghasilkan lebih dari dua puluh buah karya dalam berbagai bidang.

Pada tahun 1950-an, Sayyid Qutb mulai membicarakan soal keadilan, kemasyarakatan dan fikrah Islam yang suci menerusi 'al-Adalah al-Ijtima'iyyah fi al-Islam dan 'Ma'rakah al-Islam wa ar-Ra's al-Maliyyah'. Selain itu, beliau turut menghasilkan "Fî Zhilâl al-Qur`ân'" dan "Dirâsat Islâmiyyah". Semasa dalam penjara, yaitu mulai dari tahun 1954 hingga 1966, Sayyid Qutb masih terus menghasilkan karya-karyanya. Di antara buku-buku yang berhasil ia tulis dalam penjara adalah "Hâdza al-Dîn", "al-Mustaqbal li Hâdza al-Dîn", "Khashâ`is al-Tashawwur al-Islâmi wa Muqawwimâtihi' al-Islâm wa Musykilah al-Hadhârah" dan "Fî Zhilal al-Qur`ân' (lanjutannya). Setelah melalui proses yang panjang dan rekayasa, Mei 1955, Sayyid Qutb ditahan dan dipenjara dengan alasan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah.
Hal itu terus di alaminya sampai pertengahan 1964, saat presiden Irak kala itu melawat ke Mesir. Abdul Salam Arief, sang presiden Irak, memminta pada pemerintahan Mesir untuk membebaskan Sayyid Qutb tanpa tuntutan. Tapi ternyata kehidupan bebas tanpa dinding pembatas tak lama dinikmatinya. Setahun kemudian, pemerintah kembali menahannya tanpa alasan yang jelas. Kali ini justru lebih pedih lagi, Sayyid Qutb tak hanya sendiri. Tiga saudaranya dipaksa ikut serta dalam penahanan ini. Muhammad Qutb, Hamidah dan Aminah, serta 20.000 rakyat Mesir lainnya. Alasannya seperti semua, menuduh Ikhwanul Muslimin membuat gerakan yang berusaha menggulingkan dan membunuh Presiden Naseer. Ternyata, berjuang dan menjadi orang baik butuh pengorbanan. Tak semua niat baik dapat diterima dengan lapang dada. Hukuman yang diterima kali ini pun lebih berat dari semua hukuman yang pernah diterima Sayyid Qutb sebelumnya. Ia dan dua kawan seperjuangannya dijatuhi hukuman mati.

Meski berbagai kalangan dari dunia internasional telah mengecam Mesir atas hukuman tersebut, Mesir tetap saja bersikukuh seperti batu. Tepat pada tanggal 29 Agustus 1969, ia syahid di depan algojo-algojo pembunuhnya. Sebelum ia menghadapi ekskusinya dengan gagah berani, Sayyid Qutb sempat menuliskan corat-coret sederhana, tentang pertanyaan dan pembelaannya. Kini corat-coret itu telah menjadi buku berjudul, "Mengapa Saya Dihukum Mati". Sebuah pertanyaan yang tak pernah bisa dijawab oleh pemerintahan Mesir kala itu


Tafsir Monumental Ini Ia tulis didalam penjara

 


0 komentar:

Posting Komentar

.comment-content a {display: none;}