Home » » Fakta Menarik Dalam Pertempuran Surabaya

Fakta Menarik Dalam Pertempuran Surabaya

Posted by Mozaik Sejarah on Selasa, 10 November 2015






Sekutu masuk ke Surabaya diawal Oktober 1945. Kurang dari dua bulan  sejak Proklamasi kemerdekaan dikumandangkan. Ketegangan diantara tentara republik dengan AFNEI (nama resmi tentara sekutu untuk wilayah Indonesia) semakin memuncak, diakibatkan tindakan-tindakan sekutu yang dianggap memprovokasi rakyat Surabaya. Pecahnya pertempuran tak dapat dielakan. TKR dan rakyat bahu membahu menjaga kedaulatan dan kehormatan bangsa. Dengan persenjataan yang sebagian besar hasil pindah tangan dari tentara Jepang, mereka menghadapi pasukan  sekutu. Dalam suasana memperingati Hari Pahlawan, mari kita menengok kembali cerita-cerita menarik seputar pertempuran di Surabaya


Ketika Pasukan Terbaik Sekutu Kewalahan Menghadapi Tentara Rakyat

Pada pertempuran pertama yang dimulai tanggal 28 Oktober 1945, Sekutu menurunkan Brigade 49/Divisi 23. Brigade 49 adalah kesatuan tempur Inggris/India yang terdiri dari dua batalyon yang beranggotakan prajurit-prajurit tangguh yang ditempa dalam perang dunia II melawan Jepang di Birma. Meraka menghadapi Divisi TKR VII dan barisan-barisan rakyat yang baru dibentuk tiga minggu sebelumnya. Jelas sekali kekuatan diantara kedua belah pihak tidak seimbang.  Ajaibnya, selama dua hari pertempuran sengit itu berlangsung, Batalyon “Mahrattas” dan Batalyon “ Rajputs” kebanggan sekutu nyaris hancur meski menghadapi kekuataan yang tak seimbang. Merasa terdesak dan tidak mau kehilangan muka, sekutu mengatur strategi guna menghentikan tembak menembak.  Pada akhirnya pertempuran dapat diakhiri dengan genjatan senjata, setelah Presiden dan Wakil Presiden RI datang ke Surabaya atas permintaan Inggris.

Pertempuran yang lebih dahsyat terjadi pada tanggal 10 November 1945, Surabaya digempur oleh Fifth Indian Division (Divisi India ke-5) di bawah pimpinan Mayjen Mansergh. Divisi yang berjuluk “Ball of Faire” itu sebelumnya memberikan ultimatum agar pasukan Indonesia menyerah. Ultimatum ditolak, dan seluruh pasukan yang ada di Surabaya, baik TKR maupun laskar-laskar rakyat dibawah pimpinan Kolonel Sungkono mengangkat senjata untuk mempertahankan Surabaya. Serangan sekutu diawali oleh Brigade Infanteri 123/Divisi 5 yang terdiri atas prajurit-prajurit yang berasal dari West Yorkshire (Inggris), Ghurka, Punjab, dan Rajputs (India). Mereka dilengkapi dengan persenjataan modern nomor wahid dizamannya, dipelopori oleh tank-tank Sherman dan dilindungi oleh tembakan-tembakan meriam kapal perang dan serangan udara. Dari Tanjung Perak, mereka mulai mengepung kota Surabaya. Sekutu mendapatkan perlawanan yang sengit dari TKR dan rakyat. 

Penembak-penembak runduk TKR menyebar untuk menyambut kedatangan sekutu, segala jenis senjata yang didapat dari rampasan tentara Jepang dipergunakan sebaik-baiknya, arteleri, mortir dan senapan mesin menjadi senjata unggulan pasukan TKR. Mendapat perlawanan sengit tak terduga, pemimpin AFNEI, Jenderal Christison bahkan harus memerintahkan pengerahan bantuan dari pesawat-pesawat tempur P47 (Thunderbolts), Mosquitoes dan bantuan tembakan arteleri dari laut oleh seluruh kapal penjelajah suakdron 6 milik Inggris. Setelah 21 hari dibombardir oleh pasukan sekutu. Surabaya baru dapat dikusai. Padahal, sejak awal target penguasaan Surabaya oleh sekutu, tak lebih dari seminggu.


Ini Dia Tank Sherman, Si Pendobrak Pertahanan Arek-Arek Suroboyo


Philip Christison (Panglima Komando AFNEI/Sekutu) dalam pernyataannya mengatakan bahwa pada awalnya kerugian pasukan sekutu dalam pertempuran Surabaya cukup tinggi, tetapi setelah sekutu berhasil mendaratkan tank-tank Sherman gerak serangan menjadi teratur dan lancar, sehingga mengurangi jumlah korban di pihak sekutu. Lantas apakah itu tank Sherman?. 
Tank Sherman adalah tank medium yang dipersenjatai dipersenjatai oleh meriam 75 mm. Tank buatan Amerika Serikat ini sering digunakan saat PD II. Dengan Kecepatannya 24 mph dan Jangkaunnya 100 mil membuat tank ini saat efektif dalam perang kota. Para pejuang di Surabaya menyebutnya sebagai tank raksasa. Tank-tank ini dengan mudahnya menembus pertahanan pejuang Surabaya dan menimbulkan kepanikan pada pasukan bertahan. Mungkin karena ketika pertempuran-pertempuran itu, pejuang kita tidak mempunyai pengetahuan dan pengalaman menghadapi serangan tank. Disisi lain kita juga tidak mempunyai senjata-senjata anti tank 


Organisasi Rahasia Kipas Hitam : Dood alle Inlanders (bunuh semua bangsa Indonesia). 

Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945, Departemen Propaganda (Sendenbu)di bawah pimpinan Hitoshi Shimizu berusaha melakukan perlawanan. Dia mendirikan perkumpulan rahasia Ular Hitam, berisi orang-orang Indo-Belanda bermarkas di Bogor; Chin Pan, menampung orang-orang Tionghoa; dan yang terpenting adalah Kipas Hitam. “Kipas Hitam dibentuk untuk mempersiapkan orang-orang Indonesia melakukan perang kemerdekaan di bawah bimbingan Jepang,” tulis Joyce C. Lebra dalam Tentara Gemblengan Jepang. Namun, alih-alih melawan Sekutu, Kipas Hitam malah membuat kekacauan di sejumlah tempat. Di Surabaya, dilakukan razia, terlebih tersiar kabar anggota Kipas Hitam membantu gerakan Dood alle Inlanders (bunuh semua bangsa Indonesia). 

Menurut Sutomo, (Bung Tomo) para pemuda dan anak kampung sering memberhentikan mobil pembesar Jepang. Setelah berhenti, mereka memaksa penumpang turun, dan menginterogasi apakah kenal gerakan Kipas Hitam atau tidak.? Jika tak kenal, mereka boleh melanjutkan perjalanan tapi dengan berjalan kaki. Mobil disita. “Alasan mencari kaki tangan Kipas Hitam terus digunakan oleh rakyat dan pemuda dalam usaha menambah jumlah kendaraan untuk Republik Indonesia,” kata Sutomo dalam Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian dan Pengalaman Seorang Aktor Sejarah. Diduga alasan organisasi kipas hitam di Surabaya berpihak pada sekutu dan NICA (Belanda) karena organisasi ini mendapatkan tekanan dari tentara sekutu untuk mau mendukung kembalinya Belanda di Indonesia.


Ada Resolusi Jihad di Balik Pertempuran 10 Nopember 

Fakta sejarah menunjukkan bahwa Resolusi Jihad yang diteken pada 22 Oktober 1945 itu bersamaan dengan datangnya tentara Sekutu yang didalam terdapat tentara NICA (Belanda) untuk melakukan agresi ke Tanah Jawa (Surabaya). Latar belakang dikeluarkannya  resolusi jihad  ialah komunikasi  yang intens antara Presiden Soekarno dan KH Hasyim Asyari (pengasuh Pesantren Tebu Ireng) kala itu untuk mencari solusi perjuangan atas agresi pasukan Sekutu itu melalui perlawanan rakyat, KH Hasyim Asyari lalu mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad.Substansi fatwa itu menyerukan bahwa melawan penjajah adalah wajib, termasuk memerangi mereka yang membantu kekuasaan asing yang menjajah negeri ini. Berpijakan dari resolusi ini, semangat fi sabillah umat Islam terutama yang berada di daerah Surabaya untuk mempertahankan wilayahnya dari penguasaan kembali penjajah  asing semakin bergelora.

Ada beberapa ulama lain yang membantu penguatan resonansi Resolusi Jihad ini, diantaranya KH Wahab Chasbullah (Jombang), KH Bisri Syamsuri (Jombang), KH M Dahlan (Surabaya), KH Tohir Bakri (Surabaya), KH Ridwan Abdullah, KH Sahal Mansur, KH Abdul Djalil (Kudus), KH Masykur (Malang), KH M Ilyas (Pekalongan) KH Abdul Halim Siddiq (Jember), KH Saifudin Zuhri (Jakarta), dan KH Abbas (Cirebon). Kini sebelum memperingati hari pahlawan 10 Nopember, setiap tanggal 22 Oktober pemerintah menetapkan sebagai hari santri nasional

Kontrovensi di Balik Tewasnya Mallaby

Tewasnya Mallaby memang sangat kontroversial, tetapi mengenai siapa yang memulai menembak, di kemudian hari cukup jelas. Kesaksian tersebut justru datangnya dari pihak Inggris. Ini berdasarkan keterangan beberapa perwira Inggris yang diberikan kepada beberapa pihak.Yang paling menarik adalah yang disampaikan Tom Driberg, seorang Anggota Parlemen Inggris dari Partai Buruh (Labour), pada 20 Februari 1946, dalam perdebatan di Parlemen (House of Commons). Di sini Tom Driberg meragukan, bahwa Mallaby terbunuh oleh orang Indonesia. Dia menyatakan: “….it is not absolutely certain whether he was killed by Indonesians who were approaching his car; which exploded simultaneously with the attack on him. ”Selanjutnya dia juga membantah, bahwa tewasnya Mallaby akibat “dibunuh secara licik” (foully murdered). Kelihatannya pihak pimpinan tentara Inggris -untuk membangkitkan/memperkuat rasa antipati terhadap Indonesia- rela mendegradasi kematian seorang perwira tinggi menjadi “dibunuh secara licik” daripada menyatakan “killed in action” –tewas dalam pertempuran- yang menjadi kehormatan bagi setiap prajurit. 

Dengan pengakuan ini terlihat jelas, bahwa Inggris pada waktu itu memutar balikkan fakta dan menuduh bahwa gencatan senjata telah dilanggar pihak Indonesia (the truce which had been broken). Di dalam situasi tegang bunyi ledakan ataupun tembakan akan menimbulkan kepanikan pada kelompok-kelompok yang masih diliputi suasana tempur, sehingga tembakan tersebut segera dibalas; maka pertempuran di seputar Gedung Internatio pun pecah lagi. Sehingga jelaslah bahwa kematian Mallaby bukan karena pembuhunan biadab tetapi dalam suasana pertempuran. 

Mengenai siapakah orang yang berhasil membunuh Mallaby, fakta sejarah masih gelap. Dalam Film Sang Kyai, divisualkan  bahwa yang membunuh Mallaby adalah seorang santri Tebu Ireng bernama Harun (diperankan oleh Adipati Dolken). Namun film bukanlah sumber sejarah primer. Akan tetapi, tak dapat dipungkiri peran besar ulama dan santri Tebu Ireng dalam pertempuran di Surabaya, 10 Nopember 1945, sebagaimana peran laskar rakyat pada umumnya. Mereka  bukanlah bagian resmi dari ketentaraan nasional namun tetap menunjukan jiwa pembelaan kepada tanah airnya hingga titik darah penghabisan.
Tentara sekutu sedang melihat kondisi mobil Mallaby setelah meledak dan hancur




0 komentar:

Posting Komentar

.comment-content a {display: none;}