Sekutu masuk ke Surabaya diawal Oktober 1945. Kurang dari dua bulan sejak Proklamasi kemerdekaan dikumandangkan. Ketegangan diantara tentara republik dengan AFNEI (nama resmi tentara sekutu untuk wilayah Indonesia) semakin memuncak, diakibatkan tindakan-tindakan sekutu yang dianggap memprovokasi rakyat Surabaya. Pecahnya pertempuran tak dapat dielakan. TKR dan rakyat bahu membahu menjaga kedaulatan dan kehormatan bangsa. Dengan persenjataan yang sebagian besar hasil pindah tangan dari tentara Jepang, mereka menghadapi pasukan sekutu. Dalam suasana memperingati Hari Pahlawan, mari kita menengok kembali cerita-cerita menarik seputar pertempuran di Surabaya
Ketika Pasukan Terbaik Sekutu
Kewalahan Menghadapi Tentara Rakyat
Pada pertempuran pertama
yang dimulai tanggal 28 Oktober 1945, Sekutu menurunkan Brigade 49/Divisi 23. Brigade
49 adalah kesatuan tempur Inggris/India yang terdiri dari dua batalyon yang
beranggotakan prajurit-prajurit tangguh yang ditempa dalam perang dunia II
melawan Jepang di Birma. Meraka menghadapi Divisi TKR VII dan barisan-barisan rakyat
yang baru dibentuk tiga minggu sebelumnya. Jelas sekali kekuatan diantara kedua
belah pihak tidak seimbang. Ajaibnya,
selama dua hari pertempuran sengit itu berlangsung, Batalyon “Mahrattas” dan
Batalyon “ Rajputs” kebanggan sekutu nyaris hancur meski menghadapi kekuataan
yang tak seimbang. Merasa terdesak dan tidak mau kehilangan muka, sekutu
mengatur strategi guna menghentikan tembak menembak. Pada akhirnya pertempuran dapat diakhiri
dengan genjatan senjata, setelah Presiden dan Wakil Presiden RI datang ke
Surabaya atas permintaan Inggris.
Pertempuran yang lebih
dahsyat terjadi pada tanggal 10 November 1945, Surabaya digempur oleh Fifth Indian Division (Divisi India
ke-5) di bawah pimpinan Mayjen Mansergh. Divisi yang berjuluk “Ball of Faire” itu sebelumnya memberikan
ultimatum agar pasukan Indonesia menyerah. Ultimatum ditolak, dan seluruh
pasukan yang ada di Surabaya, baik TKR maupun laskar-laskar rakyat dibawah
pimpinan Kolonel Sungkono mengangkat senjata untuk mempertahankan Surabaya.
Serangan sekutu diawali oleh Brigade Infanteri 123/Divisi 5 yang terdiri atas
prajurit-prajurit yang berasal dari West Yorkshire (Inggris), Ghurka, Punjab,
dan Rajputs (India). Mereka dilengkapi dengan persenjataan modern nomor wahid dizamannya, dipelopori oleh
tank-tank Sherman dan dilindungi oleh tembakan-tembakan meriam kapal perang dan
serangan udara. Dari Tanjung Perak, mereka mulai mengepung kota Surabaya. Sekutu
mendapatkan perlawanan yang sengit dari TKR dan rakyat.
Penembak-penembak
runduk TKR menyebar untuk menyambut kedatangan sekutu, segala jenis senjata
yang didapat dari rampasan tentara Jepang dipergunakan sebaik-baiknya,
arteleri, mortir dan senapan mesin menjadi senjata unggulan pasukan TKR.
Mendapat perlawanan sengit tak terduga, pemimpin AFNEI, Jenderal Christison bahkan
harus memerintahkan pengerahan bantuan dari pesawat-pesawat tempur P47
(Thunderbolts), Mosquitoes dan bantuan tembakan arteleri dari laut oleh seluruh
kapal penjelajah suakdron 6 milik Inggris. Setelah 21 hari dibombardir oleh
pasukan sekutu. Surabaya baru dapat dikusai. Padahal, sejak awal target penguasaan
Surabaya oleh sekutu, tak lebih dari seminggu.
Ini Dia Tank Sherman, Si Pendobrak Pertahanan Arek-Arek Suroboyo
Philip Christison (Panglima
Komando AFNEI/Sekutu) dalam pernyataannya mengatakan bahwa pada awalnya
kerugian pasukan sekutu dalam pertempuran Surabaya cukup tinggi, tetapi setelah
sekutu berhasil mendaratkan tank-tank Sherman gerak serangan menjadi teratur
dan lancar, sehingga mengurangi jumlah korban di pihak sekutu. Lantas apakah
itu tank Sherman?.
Tank Sherman adalah tank medium yang dipersenjatai dipersenjatai oleh meriam 75 mm. Tank buatan Amerika Serikat ini sering digunakan saat PD II. Dengan Kecepatannya 24 mph dan Jangkaunnya 100 mil membuat tank ini saat efektif dalam perang kota. Para pejuang di Surabaya menyebutnya sebagai tank raksasa. Tank-tank ini dengan mudahnya menembus pertahanan pejuang Surabaya dan menimbulkan kepanikan pada pasukan bertahan. Mungkin karena ketika pertempuran-pertempuran itu, pejuang kita tidak mempunyai pengetahuan dan pengalaman menghadapi serangan tank. Disisi lain kita juga tidak mempunyai senjata-senjata anti tank
Tank Sherman adalah tank medium yang dipersenjatai dipersenjatai oleh meriam 75 mm. Tank buatan Amerika Serikat ini sering digunakan saat PD II. Dengan Kecepatannya 24 mph dan Jangkaunnya 100 mil membuat tank ini saat efektif dalam perang kota. Para pejuang di Surabaya menyebutnya sebagai tank raksasa. Tank-tank ini dengan mudahnya menembus pertahanan pejuang Surabaya dan menimbulkan kepanikan pada pasukan bertahan. Mungkin karena ketika pertempuran-pertempuran itu, pejuang kita tidak mempunyai pengetahuan dan pengalaman menghadapi serangan tank. Disisi lain kita juga tidak mempunyai senjata-senjata anti tank
Organisasi Rahasia Kipas
Hitam : Dood alle Inlanders (bunuh semua bangsa Indonesia).
Setelah Jepang menyerah
kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945, Departemen Propaganda (Sendenbu)di
bawah pimpinan Hitoshi Shimizu berusaha melakukan perlawanan. Dia mendirikan
perkumpulan rahasia Ular Hitam, berisi orang-orang Indo-Belanda bermarkas di
Bogor; Chin Pan, menampung orang-orang Tionghoa; dan yang terpenting adalah
Kipas Hitam. “Kipas Hitam dibentuk untuk mempersiapkan orang-orang Indonesia
melakukan perang kemerdekaan di bawah bimbingan Jepang,” tulis Joyce C. Lebra
dalam Tentara Gemblengan Jepang. Namun, alih-alih melawan Sekutu, Kipas Hitam malah membuat kekacauan di
sejumlah tempat. Di Surabaya, dilakukan razia, terlebih tersiar kabar anggota
Kipas Hitam membantu gerakan Dood alle Inlanders (bunuh semua
bangsa Indonesia).
Menurut
Sutomo, (Bung Tomo) para pemuda dan anak kampung sering memberhentikan mobil
pembesar Jepang. Setelah berhenti, mereka memaksa penumpang turun, dan
menginterogasi apakah kenal gerakan Kipas Hitam atau tidak.? Jika tak kenal,
mereka boleh melanjutkan perjalanan tapi dengan berjalan kaki. Mobil disita.
“Alasan mencari kaki tangan Kipas Hitam terus digunakan oleh rakyat dan pemuda
dalam usaha menambah jumlah kendaraan untuk Republik Indonesia,” kata Sutomo
dalam Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian dan Pengalaman Seorang
Aktor Sejarah. Diduga alasan organisasi kipas hitam di Surabaya berpihak
pada sekutu dan NICA (Belanda) karena organisasi ini mendapatkan tekanan dari
tentara sekutu untuk mau mendukung kembalinya Belanda di Indonesia.
Ada Resolusi Jihad di Balik
Pertempuran 10 Nopember
Fakta sejarah menunjukkan bahwa Resolusi Jihad yang
diteken pada 22 Oktober 1945 itu bersamaan dengan datangnya tentara Sekutu yang
didalam terdapat tentara NICA (Belanda) untuk melakukan agresi ke Tanah Jawa
(Surabaya). Latar belakang dikeluarkannya
resolusi jihad ialah komunikasi yang intens antara Presiden Soekarno dan KH
Hasyim Asyari (pengasuh Pesantren Tebu Ireng) kala itu untuk mencari solusi
perjuangan atas agresi pasukan Sekutu itu melalui perlawanan rakyat, KH Hasyim
Asyari lalu mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad.Substansi fatwa itu menyerukan
bahwa melawan penjajah adalah wajib, termasuk memerangi mereka yang membantu
kekuasaan asing yang menjajah negeri ini. Berpijakan dari resolusi ini,
semangat fi sabillah umat Islam
terutama yang berada di daerah Surabaya untuk mempertahankan wilayahnya dari penguasaan
kembali penjajah asing semakin bergelora.
Ada beberapa ulama lain yang membantu penguatan resonansi
Resolusi Jihad ini, diantaranya KH Wahab Chasbullah (Jombang), KH Bisri
Syamsuri (Jombang), KH M Dahlan (Surabaya), KH Tohir Bakri (Surabaya), KH
Ridwan Abdullah, KH Sahal Mansur, KH Abdul Djalil (Kudus), KH Masykur (Malang),
KH M Ilyas (Pekalongan) KH Abdul Halim Siddiq (Jember), KH Saifudin Zuhri
(Jakarta), dan KH Abbas (Cirebon). Kini sebelum memperingati hari pahlawan 10
Nopember, setiap tanggal 22 Oktober pemerintah menetapkan sebagai hari santri
nasional
Kontrovensi di Balik Tewasnya Mallaby
Tewasnya Mallaby memang
sangat kontroversial, tetapi mengenai siapa yang memulai menembak, di kemudian
hari cukup jelas. Kesaksian tersebut justru datangnya dari pihak Inggris. Ini
berdasarkan keterangan beberapa perwira Inggris yang diberikan kepada beberapa
pihak.Yang paling menarik adalah yang disampaikan Tom Driberg, seorang Anggota
Parlemen Inggris dari Partai Buruh (Labour), pada 20 Februari 1946, dalam
perdebatan di Parlemen (House of Commons). Di sini Tom Driberg meragukan, bahwa
Mallaby terbunuh oleh orang Indonesia. Dia menyatakan: “….it is not absolutely
certain whether he was killed by Indonesians who were approaching his car;
which exploded simultaneously with the attack on him. ”Selanjutnya dia juga
membantah, bahwa tewasnya Mallaby akibat “dibunuh secara licik” (foully
murdered). Kelihatannya pihak pimpinan tentara Inggris -untuk
membangkitkan/memperkuat rasa antipati terhadap Indonesia- rela mendegradasi
kematian seorang perwira tinggi menjadi “dibunuh secara licik” daripada
menyatakan “killed in action” –tewas dalam pertempuran- yang menjadi kehormatan
bagi setiap prajurit.
Dengan pengakuan ini
terlihat jelas, bahwa Inggris pada waktu itu memutar balikkan fakta dan menuduh
bahwa gencatan senjata telah dilanggar pihak Indonesia (the truce which had
been broken). Di dalam situasi tegang bunyi ledakan ataupun tembakan akan
menimbulkan kepanikan pada kelompok-kelompok yang masih diliputi suasana tempur,
sehingga tembakan tersebut segera dibalas; maka pertempuran di seputar Gedung
Internatio pun pecah lagi. Sehingga jelaslah bahwa kematian Mallaby bukan
karena pembuhunan biadab tetapi dalam suasana pertempuran.
Mengenai siapakah
orang yang berhasil membunuh Mallaby, fakta sejarah masih gelap. Dalam Film
Sang Kyai, divisualkan bahwa yang
membunuh Mallaby adalah seorang santri Tebu Ireng bernama Harun (diperankan
oleh Adipati Dolken). Namun film bukanlah sumber sejarah primer. Akan tetapi, tak dapat dipungkiri peran besar ulama dan santri Tebu Ireng dalam pertempuran di Surabaya, 10 Nopember 1945, sebagaimana peran laskar rakyat pada umumnya. Mereka bukanlah bagian resmi dari ketentaraan nasional namun tetap menunjukan jiwa pembelaan kepada tanah airnya hingga titik darah penghabisan.
Tentara sekutu sedang melihat kondisi mobil Mallaby setelah meledak dan hancur |
0 komentar:
Posting Komentar